BEBEK DAN AYAM
Karya : M. Zain
Sejak bebek dan ayam lahir, mereka sudah tidak mempunyai orang tua. Saat mereka masih berada dalam telur, mereka dihangati oleh panasnya bumi dan dibantu dengan panasnya sinar matahari serta didukung oleh suhu sekitar hutan yang sangat panas.
Saat mereka berjalan jauh keselatan gubuk untuk mengenal alam sekitarnya, mereka menemukan sekelompok burung pipit yang terbang kearah pohon raksasa. “ Hello.., apa kabar? Mau apa kamu kesitu..?” Tanya bebek kepada salah satu burung pipit. “ Hello juga, kabarku baik- baik saja, hanya ada yang mengganggu dilubang hidungku”. Lalu Ayampun bertanya “emang kenapa hidungmu?” burung itu mejawab lagi “ lubang hidungku terkena jarum seekor landak”. “ kok gitu, kamu berkelahi ya?” Tanya ayam lagi. Burung itu menjawab sambil terkejut “ kok kamu tahu..?” lalu ayam menjawab “ iya dong, kakimu kan patah?” dan burung menjawab kembali “ooo..iya!!”
Setelah mereka mengobrol- obrol dengan lamanya, merekapun lelah. Lalu bebek dan ayam kembali ke gubuk untuk berisirahat. Namun, di tengah perjalanan mereka menemukan sebuah sungai yang sangat indah, dan airnya lebih jernih dibandingkan dengan sungai yang di dekat gubuk mereka. Merekapun merasa haus dan gerah. Lalu tiba- tiba ayam meloncat dan berenang ke sungai itu sedangkan bebek melihatnya dengan rasa iri hati. Bebek tidak mempunyai sirip dan tidak bisa berenang, karena sifatnya yang iri hati bebek berencana untuk mencuri sirip ayam. Bebekpun punya ide untuk melakukannya. Kemudian bebek memanggil ayam “ cooyy..aku boleh pinjam sirip mu nggak?” dan ayam menjawab “ waduh..??!! sorry brow aku lagi begini brow, enak broow”. Karena ayam tidak tega melihat sahabatnya yang hanya berdiri melihatnya dari tadi, ayampun meminjamkan siripnya. Setelah bebek memakai siripnya bebekpun berenang ke sungai. Bebek merasa senang dan bahagia memakai sirip ayam yang dipinjamnya. Waktupun terus berlalu, bebek tak henti- hentinya berenang. Ayam yang tak sabar menunggu siripnya kembali lalu ia memanggil “ broow..sudah selesai belum..? aku tak sabar niee..cepat pulang!!”. Bebek tak hiraukan panggilan itu, ayam pun kembali memanggilnya “ brow kamu denger nggak sie?? Ayo cepat pulang!!!”. Dan akhirnya bebekpun menjawab “ sebentar cooy..sebentar lagi”. Bebekpun bepikir dalam hatinya “ aduhh kalau sirip ini aku kembalikan, pasti aku tidak bisa bersenang- senang lagi”. Lalu bebek pergi perlahan- lahan agar tak dapat ketahuan oleh ayam dan berhasil juga. Ayam yang tak mengerti bebek telah kabur, masih menunggu bebek kembali.
Setelah beberapa jam kemudian ayam pun merasa khawatir, kalau siripnya dicuri oleh bebek. Ayam tak bisa berbuat apa- apa. Ayam merasa kecewa bersahabat dengan nya, lalu ayam kembali ke gubuknya. Gubuk itu tadinya dibangun oleh mereka berdua. Karena ayam kecewa, ia merobohkan gubuknya. Kemudian ayam berkelana kesebuah tempat dimana ia bisa bahagia dan akhirnya ayampun bertemu dengan seorang manusia. Manusia itu tertarik untuk merawatnya dan ayam juga ingin dirawat oleh manusia tersebut, lalu mereka pun hidup bersama sedangkan bebek yang mencuri siripnya sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya. Namun, banyak keturunannya yang memakai sirip. Sirip itu tidak dapat dipisahkan dari kakinya. Sebaliknya ayam, yang dulunya mempunyai sirip sekarang tidak. Persahabatan mereka yang dulunya sangat erat bagaikan kertas yang dilem sekarang berpisah bagaikan lalat kehilangan induknya. Persahabat memang tak slamanya bersatu.